
Apa yang dilakukan pemain-pemain sepak bola
sangat erat kaitannya dengan fisika. Sebut saja ketika melakukan tendangan bola
ke gawang, ia dapat mengatur kecepatan dan sudut elevasi bola secara baik.
Terlalu cepat sudut elevasi dan kecepatannya, bola akan melewati mistar.
Sebaliknya jika sudut elevasi dan kecepatan terlalu kecil, bola tidak akan
sampai ke gawang.
For your info, sebenarnya pemain sepak bola
bisa diapresiasikan sebagai ahli fisika di lapangan hijau. Karena, setiap
pemain bola sebisa mungkin harus mampu mengukur dengan tepat berapa besar gaya
yang harus diberikan dan ke mana arah bola harus ditendang. Ujung-ujungnya
kecepatan bola menjadi sangat kencang dan akurat.
Dan sepak bola sebenarnya adalah permainan
fisika. Kita akan menikmati mengapa lintasan bola berbentuk parabola, bagaimana
tendangan pisang, dan mengapa seorang penjaga gawang sangat susah menahan
tendangan penalti. Intinya seorang pemain profesional kala dilengkapi dengan
ilmu fisika akan dapat memperbaiki skill dan kemampuannya.
Gerakan parabola
Lihat bagan (Gb 1b). Ketika SMP/SMA kita
belajar bahwa bola yang ditendang dengan sudut elevasi tertentu akan membentuk
lintasan parabola. Bentuk lintasan ini akan sangat dipengaruhi oleh gaya
gravitasi Bumi, kecepatan, dan sudut elevasi bola.
Tanpa gravitasi, bola akan bergerak lurus ke
atas (Gb 1a). Gravitasilah yang menarik bola turun. Semakin besar gravitasi
semakin cepat bola jatuh ke tanah. Bandingkan dengan di Bulan. Dengan tingkat
gravitasi yang lebih kecil, lintasan bola yang ditendang-misalnya-oleh seorang
astronaut akan menjadi lebih jauh, dibandingkan kala ia menendang sebuah bola
di Bumi.
Buat sedikit bocoran ya, kita ingin kan punya
tendangan yang keras dan jauh? Untuk melakukan hal itu, seorang pemain sepak
bola harus menendang bola sekeras mungkin dengan sudut elevasi 45 derajat.
Tendangan pisang
Siapa yang enggak kenal sama Pele. Legenda
hidup asal Brasil itu terkenal dengan tendangan pisangnya. Atau sudut dunia
mana sih yang enggak kenal sama David Beckham? Kapten timnas Inggris ini juga
punya senjata andalan berupa tendangan bebas melengkung nan akurat.
Kita tentu masih ingat gol-gol manis David
Beckham melalui tendangan bebasnya, yang dilakukan sekitar 30 meter di depan
gawang. Beckham menendang bola dengan kecepatan sekitar 120 km per jam, bola
melambung sekitar 1 meter melewati kepala para pagar betis itu dan secara
tiba-tiba bola membelok serta masuk ke gawang lawan (Gb 2).
Bagaimana David Beckham melakukan ini?
Seorang pengamat sepak bola Keith Hanna
mengatakan bahwa Beckham melakukan ini karena otaknya yang genius dapat
memproses perhitungan fisika yang kompleks secara cepat sekali. Peneliti lain
dari Universitas Sheffield, Inggris, mengatakan hal yang sama, "...Beckham
was applying some very sophisticated physics."
Lintasan bola yang menyerupai bentuk pisang
ini sudah lama menjadi perhatian para peneliti.
Gustav Magnus tahun 1852 pernah meneliti
kasus sebuah bola yang bergerak sambil berotasi (Gb 3). Gerakan bola ini
menimbulkan aliran udara. Akibat rotasi bola, aliran udara yang searah dengan
arah rotasi bola (A) bergerak relatif lebih cepat dibandingkan aliran udara
pada sisi bola yang lain (B). Menurut Bernoulli, semakin cepat udara mengalir,
semakin kecil tekanannya. Akibatnya, tekanan di B lebih besar dibandingkan
tekanan di A. Perbedaan tekanan ini menimbulkan gaya yang membelokkan bola ke
arah A. Membeloknya bola akibat perbedaan tekanan udara ini sering disebut efek
magnus untuk menghormati Gustav Magnus.
Pada tendangan bebas bola yang bergerak
dengan kecepatan 110 km per jam dan berotasi dengan 10 putaran tiap detiknya
dapat menyimpang/membelok lebih dari 4 meter, cukup membuat penjaga gawang
kebingungan.
Yang juga membuat tendangan Beckham lebih
spektakuler adalah efek lengkungan tajam di dekat akhir lintasan bola.
Lengkungan tajam yang tiba-tiba inilah yang membuat kiper-kiper terperangah
karena bola berbelok begitu cepat dengan tiba-tiba. Apa yang menyebabkan ini?
Peneliti Inggris, Peter Bearman, mengatakan
bahwa efek magnus akan mengecil jika kecepatan gerak bola terlalu besar atau
rotasinya lebih lambat. Jadi untuk mendapat efek magnus yang besar, seorang
harus membuat bola berputar sangat cepat, tetapi kecepatannya tidak boleh
terlalu cepat. Ketika Beckham menendang bola secara keras dengan sisi sepatunya
sehingga bola dapat berotasi cepat sekali, bola melambung dan mulai membelok
akibat adanya efek magnus. Gesekan bola dengan udara akan memperlambat gerakan
bola (kecepatan bola berkurang). Jika rotasi bola tidak banyak berubah,
pengurangan kecepatan dapat menyebabkan efek magnus bertambah besar, akibatnya
bola melengkung lebih tajam, masuk gawang, membuat penonton terpesona dan
berdecak kagum.
Tendangan penalti
Tendangan penalti adalah tendangan yang
sangat ditakuti oleh para penjaga gawang. Tendangan ini dilakukan pada jarak 11
meter dari gawang dan biasanya jarang gagal. Seorang pemain sepak bola
profesional dapat menendang bola dengan kecepatan sekitar 30 meter per detik
(108 km/jam). Dengan kecepatan ini, bola akan mencapai ujung kanan atas gawang
dalam waktu 0,45 detik dan untuk ujung kanan bawah 0,38 detik.
Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan
di Center for Neural Science New York, waktu 0,38 detik tidak cukup untuk
menangkap bola. Ketika bola ditendang, penjaga gawang akan bereaksi rata-rata
setelah 0,3 detik. Begitu bereaksi, otak akan memberi perintah pada otot untuk
bergerak, ini butuh waktu tambahan lebih dari 0,1 detik. Itu sebabnya sukar
bagi penjaga gawang untuk menangkap bola yang bergerak cepat itu. Untuk melatih
reaksi yang cepat dan tepat dibutuhkan latihan yang panjang dan pengalaman yang
cukup. Itu sebabnya para kiper atau penjaga gawang dalam Piala Dunia ini
rata-rata lebih tua dibandingkan pemain lainnya.
Agar berhasil, penendang penalti harus
memerhatikan arah angin, rotasi, dan kecepatan bola. Bola yang berotasi terlalu
cepat dapat menimbulkan efek magnus dan turbulensi udara yang akan
menyimpangkan bola. Menurut penelitian, tendangan yang paling efektif adalah
tendangan dengan kekuatan 75 persen sampai 80 persen dari kekuatan maksimum
(kecepatan bola sekitar 80 km/jam). Pada kecepatan ini penjaga gawang sulit
menangkap bola dan kemungkinan terjadinya gol lebih besar dibandingkan dengan
tendangan dengan kekuatan penuh.
Bicara sepak bola dengan fisika sangat
mengasyikkan dan tak ada habisnya. Gerakan parabola, tendangan pisang, dan
tendangan penalti yang kita bahas di atas hanya sebagian dari asyiknya fisika
dalam sepak bola.
Di arena Piala Dunia 2006 ini kita bisa menikmati
lebih banyak lagi bagaimana asyiknya fisika diterapkan dalam sepak bola. Coba
saja perhatikan bagaimana nanti kiper Jerman memanfaatkan hukum pemantulan
untuk menepis tendangan-tendangan maut dari para pemain lawan. Atau perhatikan
bagaimana Ronaldinho menggunakan konsep keseimbangan ketika menghentikan bola
dengan tubuh atau kakinya.
Atau juga bagaimana Jan Koller menggunakan
konsep momentum, tumbukan, dan momentum sudut yang tepat untuk menggerakkan
kepalanya dan menyundul bola ke gawang musuh. Lihat juga Raul dengan
menggunakan keseimbangan yang sempurna melakukan tendangan voli yang indah dan
memasukkan bola ke gawang lawan.
Itu baru sebagian. Kita masih akan disuguhkan
dengan banyak atraksi-atraksi lainnya yang membuat kita terkagum-kagum.
Sumber : Kompas 16 Juni 2006 (Oleh: Yohanes Surya)
0 Komentar