Ad Code

Responsive Advertisement

Mendidik, INSIDE OUT atau OUTSIDE IN ?

Sampai saat ini masih banyak orang dan pakar pendidikan mengamini bahwa anak lahir itu tanpa bawaan. Artinya anak lahir seperti kertas kosong yang harus di tulia dan diisi dengan berbagai ragam tulisan maupun gambar. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa sistem pendidikan yang ada adalah menjejali anak dengan berbagai macam pengetahuan, sebanyak banyaknya. Pendidikan model "outside in" seperti inilah yang kadang membuat anak menjadi tidak bergairah untuk belajar. Anak merasa bosan, jenuh, lelah, bahkan malas kalau diminta bersekolah. Mereka lebih menantikan hari sabtu dan minggu daripada hari senin.
Saya sepenuhnya percaya bahwa anak lahir bukan sebagai kertas kosong. Tuhan sudah memberikan bekal master software yang unik pada masing masing anak. Tugas kita (guru dan orang tua) tinggal menginstall software tersebut hingga menjadi aplikasi yang berguna dan bermanfaat. Dan yakinlah, bahwa Tuhan tidak akan salah memasukkan software, tiap anak diberi software yang berbeda beda, bahkan anak kembar sekalipun. Install aplikasinya, dampingi anak mengenal software bawaannya, maka saya yakin anak akan senang kalau kita ajak belajar tentang software yang ada pada dia, karena itu adalah bawaannya. Inilah pendidikan yang inside out. Fokus pada kekuatan anak, bukan ribut pada kelemahan.
Sudah lazim kita ketahui, semisal di sekolah ada anak yang mendapat nilai sejarah 90 dan nilai matematika 50. Apa yang dilakukan sekolah? Anak harus memperbaiki nilai yang 50, bukan memperkuat dan menggali nilai yang 90. Padahal itu kekuatan anak, kita lebih sering fokus pada kelemahan, sehingga terkadang anak menjadi tidak dihargai kemamouan dan bakatnya. Ini menyebabkan kemampuan anak lama kelamaan akan terpendam.mati di sekolah. Jadi jangan heran anak yang mau lulus dari SMA ketika ditanya mau kuliah jurusan apa jawabnya masih bingung.

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar